Kesederhanaan Mendidik Anak Untuk Mandiri
Hidup dengan perekonomian yang serba kekurangan bukan kendala atau alasan tidak bisa mendidik dan mengantarkan anak ke gerbang kesuksesan. Mungkin pengalaman pribadi atau orang yang hidup dengan segala keterbatasan fasilitas namun tidak sedikit diantara mereka yang meraih sukses, entah bisa dikatakan suksesnya orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak dan kesuksesan anak yang telah berhasil melalui masa pahit karena ketidakmampuan orang tua dalam segi ekonomi. Ya semua tergantung pada diri masing-masing individu dan peran orang tua bagaimana bisa memberi pengertian dan mendidik anak dalam segala keterbatasan finansial.
Hingga akhirnya sifat itu menurun pada Ibu, waktu kami masih kecil mungkin hati kami berontak sama peraturan rumah yang dibatasi dan ketat, tetapi setelah saya beranjak dewasa hingga memasuki pernikahan, apa yang telah orang tua terapkan waktu dulu sangat terasa manfaatnya. Kesederhanaan membuatku kuat untuk menghadapi pahit getirnya kehidupan. Sejak kecil mulai saya memasuki bangku Sekolah Dasar, Ibu sudah mengajarkan aku untuk mengepel lantai, cuci piring bahkan membantu ibu di dapur biarpun hanya sekedar mengiris-ngiris bahan masakan, tujuannya agar kelak ketika saya berumah tangga tidak kaku dan mengenal bahan masakan serta bumbu.
Ibu selalu tidak ada hentinya mengingatkan aku jika kita berada atau menginap di rumah orang atau saudara kita harus bantu mereka jangan diam saja, biarpun bantu-bantu kecil misalnya seperti menyapu, cuci piring dan ngepel tentu tuan rumah akan senang sama kita. Dengan nada yang sabar ibu terus menjelaskan pada saya, bahwa kita itu tidak mungkin selamanya bersama ada masanya kita berpisah karena harus berumah tangga dan otomatis harus ikut suami,jadi kalau kita sudah belajar mandiri dari kecil maka kemungkinan besar jika kelak dewasa bisa menghadapi segala rintangan dan tantangan kehidupan yang dijalani dengan mengembangkan lewat ide dari pengalaman pribadinya. Saya selalu ingat pepatah beliau hingga akhirnya aku selalu menuruti pepatahnya.
Dari kecil ibu tidak pernah melarang saya untuk berlibur di rumah Saudara untuk beberapa hari ketika liburan sekolah tiba, ya tujuannya biar saya tidak selalu bergantung sama orang tua dan tidak kaku ketika bertemu saudara. Apa yang sudah ibu amanahkan pada saya selalu saya terapkan ketika berada di luar lingkungan rumah, bangun pagi dan selalu membereskan tempat tidur itu kebiasan yang selalu di rumah lakukan dan saya tidak pernah canggung untuk membantu di rumah saudara hingga singkat cerita tuan rumah (uwa/kakak dari bapak) sangat senang kalau saya berlibur di rumahnya, alasannya biar anaknya juga tertular sifat disiplin dan rajin membantu orang tua di rumah.
Kesederhanaan membuat saya bisa belajar tentang arti "bersyukur", keterbatasan ekonomi keluarga tidak menjadi penghalang dalam hal mendukung anak untuk tumbuh dan kembang dengan baik serta membentuk karakter pemimpin setidaknya bagi diri sendiri.
Pengalaman yang bisa saya petik dan hikmah dari kesederhaan
Cara orang tua yang banyak orang terapkan dalam kesehariaannya timbul opini saya yang dirasakan jauh berbeda dengan kehidupan saya dulu, ya..jaman memang sudah berubah tetapi tidak ada salahnya jika kita melakukan yang terbaik buat anak, caranya bukan memanjakan dan tidak terlalu keras sama mereka. Disiplin, sikap ini mungkin hal yang dibenci oleh anak-anak dimana mereka harus mematuhi peraturan yang ada di rumah, seperti membiasakan sarapan tiap pagi, tidak boleh pulang malam, pulang sekolah harus mengganti baju sebelum melakukan aktifitas lain, dan lain sebagainya. Tetapi dengan cara dimulai dari hal terkecil di atas insya Allah anak jadi terbiasa dengan apa yang sering dilakukannya dan ini sudah saya alami sendiri.
Hikmahnya orang jadi senang sama kita dan hasilnya selalu mendapat hadiah-hadiah dari orang yang telah kita bantu, tentunya harus dengan niat yang ikhlas tanpa mengharap pamrih tujuannya saling membantu saja karena mereka juga sudah direpotkan dengan kehadiran kita di rumahnya. Satu lagi yang bikin saya sedih dan selalu terngiang dalam ingatan saya ketika ibu memberi wejangan “jangan pernah meminta apapun sama orang lain” pernah suatu waktu ketika saya dan kakak belum makan siang karena tidak ada lauknya, tiba-tiba ibu melihat adiknya (tante saya) datang dan dengan sigapnya ibu langsung memberi wejangan jangan pernah memberitahu kerabat jika kita sedang susah dan belum makan siang hari ini kalau ditanya katakan saja sudah biar mereka tidak khawatir kondisi kami sebenarnya. Itulah yang tertanam pada sosok ibu yang selalu mengajarkan untuk mandiri tanpa mengandalkan belas kasihan dari orang.
Buah manis yang saya dapat, seperti pepatah mengatakan "apa yang kita tanam pasti sesuai dengan hasil yang didapat", hasilnya saya sekarang menjadi tahu bahwa dari kesedehanaan bisa menjadi kaya ilmu dan hati. Selalu tenggang rasa sama orang dengan keadaan di bawah kita artinya "selalu melihat ke bawah" agar kita tetap bersyukur karena dengan pengalaman di waktu lalu dengan segala keterbatasan yang ada kita bisa ikut merasakannya hingga akan timbul jiwa sosial yang memicu ingin membantu mereka yang kekurangan.
Sekarang ibu saya sudah lanjut usia, meskipun banyak anak tetapi sayalah yang selalu berperan di barisan utama ketika merawat beliau. Apa yang sudah beliau terapkan pada saya tentang pembelajaran hidup, kini saya bisa merasakan hasilnya dimana etika yang sekarang sangat mahal harganya tetapi itulah yang selalu ibu ajarkan, “dimana langit dijunjung disitu langit dipijak” berperilaku baik dengan selalu menyesuaikan tempat dimanapun kamu berada” karena sikap orang tergantung sama diri kita bagaimana memperlakukan orang lain.
Sedikit Biografi Tentang Ibu
Ibu adalah sosok yang kuat dan tegar dalam membesarkan anak-anaknya dengan single parent, beliau sosok yang kreatif dengan statusnya seorang janda pensiunan pegawai negeri, yang gajinya tidak cukup membiayai biaya pendidikan anak-anaknya hingga kreativitas yang dimilikinya mengalir, mulai dari menjual jajanan kecil ke warung-warung, menerima pesanan gambar border dari kain kristik seperti gambar masjid, gereja, gambar binatang hingga rajutan hand mate yang di buat dari hak pen. Pernah suatu ketika saya merengek minta dibelikan tas yang dirajut, dengan ide kreatifnya beliau sangat mudah untuk mewujudkan keinginanku dan beberapa hari kemudian beliau memberi kejutan sebuah tas rajut yang dibuat oleh tangannya sendiri, sayang seribu sayang jaman dulu hasil kreativitas ibu tidak bisa diabadikan dalam sebuah foto dan sedihnya lagi barang itu entah kemana padahal sangat bersejarah buat saya.
Ikat Rambut Buatanku Sendiri |
Dunia anak memang selalu ingin belajar dan meniru dalam lingkungan sekitarnya, begitu juga dengan masa kanak-kanak saya yang kesehariannya selalu melihat ibu ketika mengerjakan pesanan kerajinan tangannya, saya mengambil hak pen dan benang wol yang tidak dipakai dan langsung mengutarakan keinginan saya untuk belajar membuat ikat rambut, dengan sabar dan telaten ibu mengajarkan saya hingga saya bisa membuat sebuah ikat rambut yang cantik. Dengan kreativitas yang saya miliki ketika saya masih sekolah bisa mendapat uang tambahan dari hasil saya membuat ikat rambut dari benang wol yang dibentuk bunga.
Kesimpulan dari cerita di atas dalam hal mendidik anak tidak harus dengan cara berlebihan, belajar dari kesederhanaan bisa mendorong anak untuk kreatif, mandiri, senang membantu orang dan tercipta rasa saling menghargai yang menjauhkan dari kesombongan. Terimakasih Ibu. ***
Taplak Meja Buatanku sendiri terbuat dari bekas Sedotan Air Mineral |
Terima kasih ibu karena telah mendidik anak yang akhirnya bisa berbagi lewat cerita ini :)
BalasHapusSalam,
Ara