Saya Perempuan Pejuang Momongan
Malam ini saya membaca tulisan dari seorang blogger yang bernama Ratna Dewi yang share tentang perempuan pejuang momongan, entah kenapa setiap membaca tentang momongan hati saya tergerak ingin tahu tentang pengalaman perempuan yang sama seperti saya yang menanti momongan cukup lama bahkan menurut saya sangat lama.
Masa sepuluh tahun penantian menunggu hadirnya buah hati begitu banyak hal telah saya rasakan, manis pahit sudah menjadi bumbu dalam kehidupanku saat itu. Berbagai pertanyaan dan cibiran sudah tidak aku hiraukan, saya tetap berpegang teguh bahwa semua bisa terjadi atas kehendakNya. Dalam diri sih saya bisa sabar meskipun terkadang ada titik dimana saya jenuh dan cape menanti garis dua (testpack) tak kunjung jua, terlebih jika sudah bertemu saudara atau teman yang langsung dikasih kepercayaan anak setelah menikah, ya namanya juga manusia tidak sama semua ada yang hati-hati dengan oerkataannya namun ada juga yang ceplas ceplos, tapi bertahun-tahun saya sudah kebal dengan pertanyaan 'kapan'
Sangat beruntung punya suami dan mertua yang sabarnya luar biasa, mereka tidak mempermasalahkan anak, mereka bilang oasrahkan saja sama yang diatas, terpenting kita harus tetap berdoa dan berikhtiar minta yang terbaik, karena kita tidak tahu rencana Allah. Mertua malah menyarankan untuk mengadopsi anak kalau saya merasa kesepian.
Namun waktu itu saya tidak merasa kesepian karena banyak adik-adik sepupu yang masih imut-imut, dan semua dekat dengan saya, ketika liburan panjang mereka menginap di rumah saya selama liburan itu, jarang-jarangkan ada yang mau liburan lama gitu tanpa di dampingi orang tuanya, bahkan ada yang usianya kurang lebih dua tahun ikut liburan bareng kakaknya di rumah.
Karena saya suka sama anak kecil dan kalau udah sayang banget banget deh jadi anak kecil suka takluk kalau aku deketin. Seiring cepatnya waktu, adik-adik yang selalu meramaikan rumah ketika liburan tiba mendadak sepi dikarenakan mereka sudah pada besar dan sekarang pada hobi ngumpet di kamar, jadi kesepian lagi deh, mulai lagi deh kumat bapernya.
Entah kenapa, saya dan suami selalu yakin bahwa apa yang terjadi pada setiap umat manusia itu adalah atas kehendakNya dan terbaik buat kita. Tidak pernah putus asa adalah cara saya memperjuangkan momongan, berikhtiar hanya meminta kepadaNya dengan doa sehabis sholat wajib, bahkan lebih afdol ditambah shalat sunat seperti dhuha, taubat dan shalat hajat.
Hampir setiap dalam doa saya menitikkan air mata, saya tidak pernah lelah meminta dan berusaha dengan penuh keyakinan bahwa kami bisa memiliki keturunan, singkat cerita setelah sepuluh tahun penantian yang panjang menurutku, akhirnya kami dikaruniai anak laki-laki yang ganteng.
Kini anak laki-laki itu sudah berusia 20 bulan, sedang lucu-lucunya dan menjadi penyemangat hidup kami. Semenjak kehadirannya, kini hidup saya seperti terarah, saya ingin fokus membesarkannya.
Untuk kalian yang masih memperjuangkan momongan, teruslah berdoa dan penuh keyakinan.
Masa sepuluh tahun penantian menunggu hadirnya buah hati begitu banyak hal telah saya rasakan, manis pahit sudah menjadi bumbu dalam kehidupanku saat itu. Berbagai pertanyaan dan cibiran sudah tidak aku hiraukan, saya tetap berpegang teguh bahwa semua bisa terjadi atas kehendakNya. Dalam diri sih saya bisa sabar meskipun terkadang ada titik dimana saya jenuh dan cape menanti garis dua (testpack) tak kunjung jua, terlebih jika sudah bertemu saudara atau teman yang langsung dikasih kepercayaan anak setelah menikah, ya namanya juga manusia tidak sama semua ada yang hati-hati dengan oerkataannya namun ada juga yang ceplas ceplos, tapi bertahun-tahun saya sudah kebal dengan pertanyaan 'kapan'
Sangat beruntung punya suami dan mertua yang sabarnya luar biasa, mereka tidak mempermasalahkan anak, mereka bilang oasrahkan saja sama yang diatas, terpenting kita harus tetap berdoa dan berikhtiar minta yang terbaik, karena kita tidak tahu rencana Allah. Mertua malah menyarankan untuk mengadopsi anak kalau saya merasa kesepian.
Namun waktu itu saya tidak merasa kesepian karena banyak adik-adik sepupu yang masih imut-imut, dan semua dekat dengan saya, ketika liburan panjang mereka menginap di rumah saya selama liburan itu, jarang-jarangkan ada yang mau liburan lama gitu tanpa di dampingi orang tuanya, bahkan ada yang usianya kurang lebih dua tahun ikut liburan bareng kakaknya di rumah.
Karena saya suka sama anak kecil dan kalau udah sayang banget banget deh jadi anak kecil suka takluk kalau aku deketin. Seiring cepatnya waktu, adik-adik yang selalu meramaikan rumah ketika liburan tiba mendadak sepi dikarenakan mereka sudah pada besar dan sekarang pada hobi ngumpet di kamar, jadi kesepian lagi deh, mulai lagi deh kumat bapernya.
Entah kenapa, saya dan suami selalu yakin bahwa apa yang terjadi pada setiap umat manusia itu adalah atas kehendakNya dan terbaik buat kita. Tidak pernah putus asa adalah cara saya memperjuangkan momongan, berikhtiar hanya meminta kepadaNya dengan doa sehabis sholat wajib, bahkan lebih afdol ditambah shalat sunat seperti dhuha, taubat dan shalat hajat.
Hampir setiap dalam doa saya menitikkan air mata, saya tidak pernah lelah meminta dan berusaha dengan penuh keyakinan bahwa kami bisa memiliki keturunan, singkat cerita setelah sepuluh tahun penantian yang panjang menurutku, akhirnya kami dikaruniai anak laki-laki yang ganteng.
Kini anak laki-laki itu sudah berusia 20 bulan, sedang lucu-lucunya dan menjadi penyemangat hidup kami. Semenjak kehadirannya, kini hidup saya seperti terarah, saya ingin fokus membesarkannya.
Untuk kalian yang masih memperjuangkan momongan, teruslah berdoa dan penuh keyakinan.
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih sudah mampir ke blog saya, semoga berkesan dan bermanfaat dan jangan lupa boleh tinggalkan jejak dengan memberi komentar, Bye..